SOLOTERKINICOM_ Kabupaten Karanganyar menyimpan banyak destinasi wisata dan pelestarian kesenian, salah satu yang termasuk dalam keduanya adalah Museum Keris Brojobuwono. Terletak di Desa Wonosari, Kecamatan Gondangrejo, museum Brojobuwono menjadi tempat koleksi sekaligus produsen dari pembuatan keris yang terkenal di Nusantara. Keris yang dikoleksi tak hanya yang diproduksi oleh pihak museum, namun juga keris yang berasal dari seluruh nusantara.
Sebagai salah satu produsen keris, Museum Brojobuwono menerima permintaan pembuatan keris dari seluruh Nusantara. Dari sini kita melihat bahwa peminat dan penikmat senjata tradisional ini juga masih banyak. Salah satu staf menjelaskan bukan seperti pabrik yang bisa menghasilkan banyak produk dalam sehari, Museum Brojobuwono memproduksi 2-3 keris saja dalam setahun, dan hal tersebut wajar karena faktor pembuatan dan keterampilan yang sangat rumit. Dalam prosesnya 1 bilah keris membutuhkan waktu 4 hingga 6 bulan untuk diproduksi, sehingga konsumen harus cukup sabar menunggu. Keris harus melewati berbagai tahapan dan pemilihan hari tertentu agar bisa menjadi keris yang baik. “Tidak ada keris yang selesai dalam waktu 2 bulan, karena dalam setiap prosesnya kita harus menentukan hari-hari tertentu dimana kita harus pemulaan, pembuatan saton, nylorok, dan nyepuh” ujar Pak Kristiyanto selaku salah satu Empu disana.
Dalam setiap keris yang dikoleksi memiliki makna dan arti tersendiri, mulai dari penamaan, maksud dan tujuan dibuat, hingga sejarah yang menyelimuti pusaka nusantara ini. Hal tersebut menjadi salah satu daya tarik pengunjung museum. Jika kita mengamati di Indonesia, koleksi dan temuan keris sangatlah banyak namun masih sedikit yang memamerkan benda-benda unik dan bersejarah seperti itu, yang pasti ungsinya sebagai tempat edukasi serta hiburan bagi penikmat-penikmatnya.
Keris dalam hal lain juga dapat dilihat sebagai sumber pencaharian, maksud mata pencaharian disini seperti yang dijelaskan di awal bahwa produsen keris membutuhkan seorang empu, namun saat ini sudah jarang kita temui. Hal tersebut bisa menjadi ladang pencaharian bagi mereka yang mau belajar dan mau menekuni bidang ini. Generasi yang sekarang ada harus mau untuk melanjutkan kesenian senjata tradisional keris ini, agar nantinya dapat dinikmati oleh generasi selanjutnya.
Penulis: Ridho Wahyu Aldis
Editor: Vito Surya Pratama