Batik Lukis Khas Ponorogo: Variasi Media Dalam Batik Nusantara

 SOLO RAYA

Kota Ponorogo, Jawa Timur, terkenal dengan Reog sebagai kesenian setempatnya. Tidak hanya itu, Ponorogo juga cukup dikenal dengan batik dengan corak merak dan reognya. Namun, batik Ponorogo sempat mengalami kemunduran Ketika daerah-daerah lain di Jawa Timur mengeluarkan batik khas daerah mereka masing-masing. Padahal faktanya, Ponorogo pernah menjadi salah satu kota sejarah batik Indonesia. Hal itu dibuktikan dengan terdapat 750 pengrajin batik yang bekerja di kota Ponorogo di antara tahun 1960-1980. Selain itu, bukti kejayaan ekonomi batik Ponorogo, juga bisa dilihat dari banyaknya bangunan tua Ponorogo.
Fakta bahwa batik telah diakui oleh UNESCO sebagai salah satu warisan budaya Indonesia menjadi jalan baru bagi para produsen batik di Ponorogo. Pengrajin batik memiliki kekuatan baru untuk bertahan seiring dengan meningkatnya permintaan. Tahun 2009 merupakan tahun kebangkitan batik khas Ponorogo. Salah satu batik yang menjadi ciri khas dari Ponorogo ialah batik lukis.
Batik lukis atau dapat juga disebut batik painting adalah batik yang dibuat dengan cara melukisnya langsung di atas kain putih. Proses pembuatan batik pada umumnya seperti pencelupan dan pewarnaan, juga diaplikasikan pada batik lukis. Meski memiliki proses produksi kurang lebih sama, tampilan batik lukis berbeda dengan batik tulis tradisional. Batik lukis terlihat lebih cerah dan variasi warnanya juga lebih beragam daripada batik tradisional.
Pada dasarnya ada perbedaan, meski dari segi teknik yang sama, karena subjek lukisan yang dilukis di atas kanvas tentu bisa dilukis di atas kain dengan kuas. Dengan demikian, Guntur Sasono, seorang pelukis batik lukis di Ponorogo, berpendapat bahwa membatik adalah sebuah teknik (bukan sekedar motif), yaitu cara membuat lukisan dengan menggosok lilin atau malam sebagai perintang warna (wawancara, Guntur Sasono).
Proses pembuatan batik lukis dimulai dengan kain putih (biasanya menggunakan kain katun atau kain sutera) sesuai lebar yang diinginkan. Langkah selanjutnya, pembatik bisa membuat sketch batik yang ingin dilukis. Namun, pembatik juga bisa langsung menyoretkan cat tanpa harus membuat sketch terlebih dahulu. Pembatikan dan pencelupan pada proses pembuatan batik lukis sering dilakukan berurutan untuk mencapai hasil yang diinginkan.

Sumber: Nanang Diyanto
Khusus untuk membuat efek khusus, bayangan atau efek lainnya ketika bagian pewarnaan, kapas atau potongan kain terkadang digunakan sebagai pengganti kuas. Nyatanya, lukisan batik sangat sulit jika ingin mendapatkan warna dan efek yang diinginkan. Namun, jika warna dan efek ini dapat dicapai, pembatik akan mendapatkan lukisan dengan warna yang sangat indah dan menarik. Menurut Pak Guntur, pembatik batik lukis perlu memiliki ketelatenan karena menggunakan kuas dengan ukuran kecil hingga besar. Proses pembuatan batik lukis ini mempunyai tingkat kesulitan yang cukup tinggi karena harus menyelup kuas berkali-kali pada cairan malam yang dipanasi di kompor.
Motif batik lukis khas Ponorogo sangat beragam. Motif yang sering dijumpai antara lain motif alam seperti gambar dedaunan hingga bunga, rumpun padi yang menguning, motif binatang seperti kuda, ikan, garuda, serta motif Panaragan (motif Ponorogo-nan) berupa batik burung merak, topeng, reog, serta pernak-pernik yang berhubungan dengan reog. Motif yang bercerita tentang suatu cerita atau peristiwa juga menjadi ciri khas dari batik lukis.


Sumber: Nanang Diyanto
Batik lukis khas Ponorogo merupakan budaya bersama yang harus dilestarikan dan dikembangkan untuk kepentingan bersama. Kerjasama antara pemerintah dan peneliti sangat diperlukan. Akademisi dan masyarakat Ponorogo menghidupkan kembali batik agar bisa eksis dan menjadi model yang trendi untuk semua kalangan. Salah satu upayanya adalah meningkatkan keterampilan dan kreativitas, sehingga batik lukis Ponorogo dapat tetap lestari hingga masa mendatang.
Misbahul Munir – Mahasiswa Film dan Televisi ISI Surakarta

Author: 

Related Posts

Comments are closed.